Seragam Sekolah Bergaya Sinetron, Undang Kekerasan Seksual
Kurang ketatnya peraturan sekolah saat ini turut berpotensi mengundang kekerasan sosial.
Ada aksi, ada reaksi…
Bagi sebagian orang mengatakan mengapa hanya siswi yang dipersalahkan dalam kekerasan terhadap wanita? Menurut saya, walaupun tidak sepenuhnya merupakan kesalahan siswi, tetapi cara berpakaian siswi mempunyai andil yang lebih besar untuk menjadi sasaran kekerasan yang dilakukan oleh pria/siswa.
Pakaian yang ketat dan sebagainya seperti yang ditulis di harian Bali Post di bawah menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan seksual.
Kalau siswi ber-aksi dengan pakaiannya, otomatis siswa/pria yang melihatnya akan be-reaksi. Walaupun kadar reaksinya berbeda-beda.
Kalau tidak ada aksi, reaksi yang ada akan minimal.
Ada aksi, ada reaksi. Ada sebab, ada akibat…
Kalau sekolah memberlakukan peraturan seketat tahun 80-an dan sebelumnya, rambut dikuncir atau dikepang, berpakaian masuk, sabuk hitam dipinggang (bukan dipinggul), rok di bawah lutut bagi siswinya. Sedangkan bagi siswa rambut tidak menyentuh krah baju, berpakaian masuk, sabuk hitam di pinggang. Rasanya bisa menekan kemungkinan terjadinya kekerasan seksual.
http://balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaindex&kid=11&id=8972
» Berita Pendidikan
Sabtu, 20 Desember 2008 | BP
Seragam Sekolah Bergaya Sinetron, Undang Kekerasan Seksual
Denpasar (Bali Post) –
Kasus kekerasan seksual yang banyak menimpa anak-anak dan pelajar putri di Bali tidak terlepas dari cara mereka berpakaian. Banyak pelajar putri yang menggunakan seragam sekolah bergaya
Read the rest of this entry »