Kangen Sate Sampah
Hahaha… Makan Sate Sampah…
Iya, ini istilah di rumah, sate ini diistilahkan Sate Sampah..
Sahibul hikayat, ada tukang sate tjap kaki lima yang sejak saya kecil sampai saya ubanan ini mangkal di pojokan Jalan Pulau Timor dan Jalan Pulau Lombok Denpasar.
Nggak tau Jalan Pulau Timor dan Pulau Lombok di Denpasar? Wajarlah.. nama jalan yang berlanjut dengan Jalan Nusa Tenggara memang tidak begitu dikenal warga kota Denpasar sendiri. Nanti saya kasi tau lokasi kedua jalan tersebut di alinea terakhir..
Lanjut…
Sahibul hikayat, tukang sate itu… (duh lupa namanya)… berjualan di sana karena jalan Pulau Timor merupakan akses samping dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah yang cukup ramai dengan pejalan kaki. Lokasi itu sangat strategis, karena selain merupakan pintu samping RSUP Sanglah juga merupakan akses ke standplaadt bemo Sanglah jaman itu. Sate daging sapi dengan harga lumayan murah itu cukup ramai, tidak saja dari orang yang lewat, tetapi juga dari pengunjung RSUP, warga sekitar dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Univ. Udayana yang sedang praktek atau jaga di RSUP.
Dulu, di posisi lapangan tenis sekarang merupakan lapangan volley dan lapangan badminton dan dipojokan tempat ojek sekarang menghadap ke Jalan Pulau Lombok adalah bak sampah untuk mess RSUP dan warga sekitar. Nah, Sang Sate Sampah berjualan di belakang bak sampah tersebut menghadap ke Jalan Pulau Timor.
Saya lupa-lupa ingat, kalau nggak salah saat ngobrol tentang teman-teman kecil saya yang masih suka mampir ke sana, tukang sate tersebut pernah mengatakan dia jualan di situ mulai tahun 1981. Berarti sudah 19 tahun…
Karena itulah keluarga saya menyebutnya dengan Sate Sampah, untuk mengidentifikasi tukang sate tersebut, karena kami sekeluarga adalah penggemar sate. Saya nggak tahu orang lain mengidentifikasi dengan sebutan apa, mungkin sate lapangan voli..
Seiring dengan perkembangan RSUP, lapangan volley dan badminton itu diubah menjadi lapangan tenis dan tukang sate pindah ke sisi Barat jalan hingga sekarang.
Kini, seporsi sate dengan nasi yang disiram kuah gule, ini kesukaan saya (dan cara saya berhemat), harus saya bayar dengan Rp. 9.000,-. Jika satu paket sate gule dan nasi dihargai dengan Rp. 14.000,-
Rasa Sate Sampah, sate sapi dengan bumbu kacang dan petis ini dari dulu sampai sekarang sangat cocok di lidah saya. Potongan sate tidak terlalu besar dibanding sate kambing pada umumnya, formasi daging yang tidak keras dengan lemak, daging dengan hati atau daging saja dan nasi yang cukup membuat setelah makan tidak terasa terlalu kekenyangan. Cukuplah porsinya..
Sate Sampah buka hanya pada hari kerja mulai jam 07.00 pagi hingga habis. Kadang jam 13.00 – 14.00 sudah tutup.
Sate Sampah ini sekarang lebih dikenal dengan Sate Lapangan Tenis. Di Jogja sini saya nyari sate seperti Sate Sampah ini belum ketemu.. Kangen Sate Sampah…
Jalan Pulau Lombok adalah ruas jalan antara Jalan Pulau Buton dengan Jalan Pulau Komodo, orang banyak menyangka bahwa Jalan Pulau Lombok itu adalah awal dari Jalan Pulau Komodo.
Jalan Pulau Timor adalah ruas jalan ke arah Utara menuju Kamar Mayat di perempatan Lapangan Tenis, Jalan Pulau Lombok, Jalan Pulau Serangan dan Jalan Pulau Komodo. Jalan Pulau Timor panjangnya hanya sekitar 100 meter.
Jalan Nusa Tenggara adalah kelanjutan dari Jalan Pulau Timor dimulai dari belok ke kiri sampai Kamar Mayat. Orang banyak mengatakan Jalan Pulau Timor dan Jalan Nusa Tenggara adalah jalan kamar mayat…
If you enjoyed this post, please consider to leave a comment or subscribe to the feed and get future articles delivered to your feed reader.
Comments
No comments yet.
Leave a comment